Jumat, 19 Juni 2020

CERPEN : RENTANG CERITA DI TANAH ANARKI

RENTANG CERITA DI TANAH ANARKI

 

Di tengah hiruk pikuk belantara kota, seorang anak berumur 10 tahun duduk termenung dipinggiran sungai yang agak keruh dengan langit yang dipenuhi burung yang menari berbahagia disiram oleh sinar mentari senja, termenung dan memikirkan tentang video dokumenter yang disaksikannya tadi siang.

“Di tanah ini kita hidup, di tanah ini kita melangkah, anak cucu kita akan merasakan indahnya negeri ini atas dasar keikhlasan perjuangan kita.” Salah satu bagian dari dalam video yang diingat oleh Api, anak laki-laki yang termenung sepanjang senja memikirkan hal yang tak seharusnya difikirkan oleh anak seusia-nya.

            “Ibu, aku akan menjadi manusia yang akan memberantas ketidakadilan di negeri ini bu,” ucap Api dengan intonasi semangat membara kepada ibunya yang sedang memasak sarapan untuk dirinya. Ibunya pun menoleh dan memberikan senyuman lembut lalu kembali melanjutkan aktifitas memasaknya.

            “Sarapan datang.” Ibu berkata sembari tersenyum dan membawa masakan.

            “Kamu akan memberantas ketidakadilan? Mulia sekali keinginan anak ibu ini.” Sembari mengelus kepala.

            “Habiskan sarapanmu lalu berangkat kesekolah, jangan sampai telat ya,” ujar Ibu kepada Api sembari tersenyum.

            Ayah dari Api adalah seorang perwira purnawirawan dengan pangkat yang cukup tinggi dengan pangkat Mayjen yang telah gugur di medan pertempuran pada konflik di salah satu pemberontakan yang terjadi di negeri tersebut. Dan Ibu dari Api merupakan seorang guru di salah satu SMA Negeri di daerah tempat ia tinggal. Api adalah anak yang biasa – biasa saja dalam hal pelajaran, sama seperti murid yang lainnya, namun pemikiran yang ia miliki telah jauh melampaui anak – anak lain seusianya.

            Pada saat tiba di sekolah salah seorang guru bertanya kepada seluruh murid. “Apa yang kalian fikirkan tentang negeri ini?.” Semua hening, tak ada yang berani mengutarakan pemikirannya.

            Tiba – tiba Api tunjuk tangan dengan tenang, memecah keheningan kelas. “Iya silahkan Api maju kedepan, utarakan semua pemikiranmu tentang negeri ini.” Api berjalan ke arah guru tersebut. Seluruh teman – temannya pun menatap dengan rasa khawatir takut ia hanya akan mempermalukan dirinya sendiri sekaligus senang karena tidak disuruh maju ke depan oleh guru.

            “Boleh saya memulainya, Bu?” ungkap Api.

            “Iya silahkan, Nak.” Gurunya tersenyum lembut.

            Dengan suara lantang dan percaya diri ia berkata, “Bangsa kita adalah bangsa yang besar, bangsa kita adalah bangsa yang sangat besar, dengan seluruh kekayaan alamnya, bangsa ini seharusnya menjadi negara maju lebih dari yang lain. Tanah, laut, hutan dan gunung, dan semua kekayaan yang apabila semua dimanfaatkan untuk seluruh masyakat bangsa ini, dapat dipastikan bahwa bangsa ini akan menjadi negara sejahtera nan makmur. Namun, kenyataan pahit harus ditelan bangsa ini, sejahtera nan makmur yang kami dan kalian idamkan harus pupus dan runtuh. Bangsa ini menjadi bangsa yang miskin dengan seluruh kekayaannya. Karena apa? Karena kebodohan dan keterbelakangan akan pendidikan dan pengetahuan yang menyebabkan bangsa ini tidak dapat berkembang pesat. Maka dari itu, kita sebagai generasi muda mulailah belajar dengan sungguh dan tekun, bangsa ini harus dirubah, negeri ini milik kita, kita lah penguasa dinegeri kita sendiri, bangsa kita bangsa yang merdeka, jangan biarkan bangsa ini tunduk secara tidak langsung kepada bangsa lain. Kita adalah generasi penerus bangsa, masa depan bangsa ditentukan oleh kita, mari kita bangun negeri ini, mari kita cintai negeri ini sebaik mungkin, jangan lupakan jasa para pahlawan yang membela bangsa ini hanya agar kita sebagai anak cucu dapat menghirup udara dengan merdeka. Bangkit teman – temanku, bangkitkan negara kita.”

Api berkata panjang lebar didepan teman – temannya yang masih seumur dengannya, semua menatap tidak percaya, bahkan guru yang mengajarnya pun menatap termenung dan menitik-kan air mata bangga, bagaimana bisa anak berumur sepuluh tahun berbicara lantang dan lugas layaknya presiden berpidato, hal itu memenuhi fikiran guru tersebut.

            Dengan lembut sembari mengusap air mata Bu Guru berkata, “Darimana kamu belajar akan hal itu? Dan sejak kapan kamu mengerti akan hal seperti itu? Hal itu tidak seharusnya difikirkan oleh anak seusiamu.”

            “Ayah saya seorang perwira tinggi, ibu saya seorang guru sama seperti ibu, ketika beliau ayah saya masih hidup, saya selalu ditanamkan rasa cinta terhadap negeri ini, negeri yang kita pijak ini, dan ibu saya selalu memberi pelajaran kepada saya tentang banyak hal, sehingga pemikiran saya melangkah lebih jauh dari anak – anak lain, walau saya biasa –biasa saja dalam hal pelajaran.” balas Api.

            “Ibu bangga denganmu, Nak.” Sembari mengusap kepalanya.

            Beberapa tahun berlalu, tiba saatnya ia masuk universitas, dengan bekal dan kemampuannya saat di masa sekolah dulu, Api berhasil lulus dan terdaftar di universitas ternama di negeri tersebut.

Beberapa bulan belajar di universitas, Api mendaftar sebagai anggota BEM atau Badan Eksekutif Mahasiswa di universitas tersebut. Sejak sekolah menengah pertama dan atas Api selalu mengikuti organisasi sekolah seperti OSIS, dan dengan pemikiran yang membangun serta jiwa kepemimpinannya yang tinggi ia selalu terpilih sebagai  ketua organisasi. Contoh salah satu programnya yang berhasil di masa sekolah dulu adalah menciptakan Bank Sampah, dengan adanya Bank Sampah tersebut, ia merekrut para siswa yang pandai membuat kerajinan menjadi anak buahnya sehingga sampah yang ada dimanfaatkan dan didaur ulang serta dijual kembali, pemasukkan uangnya diberikan kepada yayasan kaum dhu’afa dan fakir miskin. Program itu berhasil dan terus dilanjutkan oleh ketua OSIS angkatan selanjutnya.

Beberapa waktu setelah ia terdaftar sebagai anggota BEM, Api terpilih sebagai Presiden Mahasiswa, karena prestasinya di organisasi sangat melesat tinggi, sebagai Presiden Mahasiswa, ia memimpin seluruh mahasiswa di negeri ini.

Api diminta untuk memberikan pidato atas terpilihnya sebagai Presiden Mahasiswa. Dengan lantang dan keras, ia berpidato sama seperti dulu dan mengutarakan seluruh fikirannya tanpa teks satu lembar pun, ucapan terima kasih dan visi misinya sebagai pemimpin pun ia sampaikan tanpa keraguan. Pendengar berdecak kagum dan termotivasi dengan pidato yang disampaikannya, seluruh mahasiswa menyaksikan pidato nya.

Api menjalankan tugasnya dengan sempurna, penghargaan dan sertifikasi didapatinya selama menjalankan programnya sebagai pemimpin. Salah satu programnya yang sukses adalah mendirikan HOI atau Humanity Organisation International, yaitu organisasi kemanusiaan internasional dengan dirinya sebagai pendiri utama bersama rekan rekan kuliahnya.

Api berhasil mengirimkan pasokan makanan sebesar dua ribu ton keseluruh negara yang krisis bahan pangan, seperti palestina, suriah, mongolia, zimbabwe dan yang lainnya.

            Setelah bergantinya pemerintahan negeri tersebut satu tahun yang lalu, Presidennya tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan ternyata setelah diselidiki lebih lanjut Presiden menganut paham komunisme, seluruh menteri yang diangkatnya berdasarkan dari golongan tionghoa yang ber-asas komunisme.

            Kekacauan kembali terjadi di negeri ini, inflasi harga pangan yang meningkat 400% dan dollar US yang sudah mencapai angka Rp.21.000 membuat bangsa tersebut terkena krisis moneter, namun seluruh media telah dibungkam oleh pemerintahan, hanya menampilkan sisi baik dari pemerintahan tersebut, para pemuka agama yang menolak paham komunisme telah di persekusi dan dikriminalisasi. Semua media tidak ada yang menampilkan berita tentang itu. Impor pangan dan tenaga kerja asing melonjak, pengangguran bertambah diseluruh negeri.

            Para rakyat yang memiliki finansial lebih tetap bertahan dalam kondisi itu, namun rakyat yang dibawah standar kemiskinan tersiksa dan tidak bisa berbuat apa – apa. Presiden seakan masa bodoh dengan hal tersebut, entah apa yang ada difikirannya, ia hanya memperkaya dirinya sendiri dan golongannya.

            “Kumpulkan seluruh pimpinan BEM dari seluruh pelosok negeri, saya sebagai Presiden Mahasiswa akan menggelar konferensi terhadap seluruh mahasiswa dinegeri ini, cepat.” Api berkata kepada bawahannya.

            Setelah pimpinan BEM dari berbagai universitas telah berkumpul melalui video call, dan ada beberapa yang hadir langsung ditempat, Api kemudian berpidato.

            “Kinerja pemerintahan yang sekarang telah rusak! Kita tidak bisa hanya mendiamkan begitu saja, ketidakadilan dinegeri ini harus diberantas, rakyat harus disejahterakan, banyak rakyat dari kalangan  bawah harus menanggung beban karena keteledoran pemerintah, kita sebagai kaum terpelajar harus bertindak tegas, sejarah negeri ini telah membuktikan bahwa mahasiswa berperan tinggi, kita sebagai mahasiswa yang menjembatani antara rakyat dengan pemerintahan, kita tidak bisa dibodohi dan ditunggangi oleh elit politik manapun, tegakkan keadilan dinegeri ini, presiden harus diganti! Mari kawanku, kita turun ke jalan esok hari, seluruh mahasiswa wajib turun! Tak ada satu pun yang tak ikut, demi sejahteranya negeri ini, Takbir!”

            “Allahu Akbar!” Serempak orang yang mendengar menjawab.

             Konferensi dibubarkan, kabar tersebut disampaikan oleh para ketua BEM diseluruh universitas kepada seluruh mahasiswa, seluruh mahasiswa setuju dan mengikuti arahan. Dan kabar tersebut juga sampai ke pemerintahan, dan sebelum tiba hari esok, pemerintahan sudah menyiapkan ribuan pihak kepolisian untuk mengamankan dirinya.

            Presiden tau bahwa dirinya akan diturunkan, ia bersembunyi di dalam istana dengan pasukan pengawal lebih dari empat ribu orang dengan persenjataan lengkap.

            Ketika tiba hari yang dinanti, para mahasiswa turun kejalan melakukan orasi untuk menurukan Presiden dari jabatannya karena sudah tidak layak, Api berada digarda depan sebagai orator,

            “Wahai bapak Presiden, dengarlah aspirasi kami, kalian sudah tidak pantas memimpin negeri ini, turun dari jabatan kalian, rakyat sudah tidak tahan dengan kepemimpinan kalian, kami rakyat hidup dengan tak pantas, kalian para penguasa hidup dengan damai tanpa memikirkan nasib kami, turunkan presiden dari jabatannya!” Api ber – orasi dengan semangat dan jiwa yang membara.

            “Turunkan presiden!”

            “Turunkan presiden!”

            Seluruh mahasiswa di pelosok negeri melakukan orasi didepan pemerintahan, dan Api melakukan orasi di depan Istana Negara dan terus hingga ke Gedung Mahkamah Konstitusi.
            Semua berjalan damai, namun karena ketakutan pemerintahan terhadap mahasiswa, pemerintah tidak mau membukakan pintu untuk para mahasiswa dengan Api sebagai perwakilan untuk berdiplomasi dengan pemerintahan.

            Mahasiswa tidak melakukan provokasi apapun, semua berjalan sesuai aturan yang ada, hingga pihak pengamanan melakukan provokasi terhadap mahasiswa. Peristiwa kelam kembali terulang di negeri ini, seperti 1998 dulu, pecahnya bentrokan antara mahasiswa dengan kepolisian tak dapat dihindarkan.

            Api yang saat itu tengah meneriakan aspirasinya, diseret turun dan dipukuli hingga kondisinya parah oleh pihak kepolisian kemudian diculik, para mahasiswa yang lainnya dikejar dan dipukuli oleh para aparat oleh pentungan, mahasiswa tidak tinggal diam, memberi perlawanan dengan melempari batu dan dengan bambu yang seadanya.

            Para mahasiswa dibawah kepemimpinan Api, melihat Presiden Mahasiswa menghilang, membuat mahasiswa semakin murka dan melakukan serangan serangan lebih brutal kepihak aparat, para aparat wanita bertarung dan memukuli mahasiswi, pihak mahasiswa berjatuhan korban hingga puluhan, aparat hanya terkena luka – luka ringan. Mahasiswa yang saat itu didepan Mahkamah Konstitusi menarik mundur seluruhnya, agar korban yang berjatuhan tidak semakin bertambah. Tim palang merah menyelamatkan para korban yang berjatuhan atas tindakan aparat.

            Tak ada yang meninggal, hanya luka ringan dan luka berat. Namun Api tidak ada disitu, ia diculik ke suatu tempat oleh pihak aparat. Topan adalah Wakil Presiden Mahasiswa langsung mengambil alih pimpinan, dan konferensi dadakan.

            “Presiden Mahasiswa telah diculik, pimpinan kita telah diculik, ini tidak bisa dibiarkan, kita datang dengan damai, kita datang untuk menyampaikan aspirasi, namun kita dihakimi layaknya maling yang ketahuan saat bersembunyi, kita tidak bisa tinggal diam! Apabila dalam diplomasi gagal, maka kita harus berbuat hal yang sama kepada aparat seperti aparat memperlakukan kita.” Pidato Wakil Presiden Mahasiswa didepan seluruh mahasiswa, semua mempersiapkan persenjataan yang serupa dengan aparat, dan mempersiapkan diri untuk hari esoknya.

            Tiba hari esok, para mahasiswa kembali ber – orasi yang awalnya dengan damai, namun pihak aparat tidak lagi mendiamkan, aparat langsung membubarkan para mahasiswa dengan kekerasan, mahasiswa yang sudah mempersiapkan diri tak tinggal diam, bentrokan yang kedua kembali pecah lebih parah dari sebelumnya.

            “Dor ... Dor ... Dor ....” Aparat membrondongi mahasiswa dengan timah panas, korban berjatuhan lebih banyak dari yang kemarin, aparat pun banyak yang terkena luka berat.

            Presiden bersama para petinggi negara berkumpul, dan menyarankan bahwa presiden harus segera mengundurkan diri dari jabatan.

            Mahasiswa berlarian huru hara mendengar suara senjata api, tak ada yang bisa menahan apabila pihak aparat sudah menggunakan senjata api. Wakil Presiden Mahasiswa, Topan, tertembak tepat di dada oleh aparat karena ia berada di garda terdepan, dan 4 orang mahasiswa meninggal terkena tembakan dan kehabisan darah. Mahasiswa kembali menarik mundur dan melarikan diri dari lokasi karena takut ikut tertembak oleh senjata api, dan berkumpul bersama menuju rumah sakit terdekat.

            Pada saat itu, Api dengan luka disekujur tubuhnya, sedang berusaha melarikan diri dari penculikan yang tak jauh dari lokasi bentrokan, ia berhasil kabur dan menyelamatkan diri, belum sampai di kerumunan mahasiswa yang berkumpul, ia sudah jatuh terkapar dan hilang kesadaran.

            Beberapa hari kemudian para mahasiswa berkumpul dan berduka atas gugurnya para pahlawan muda yang tertembak pada bentrokan beberapa hari lalu. Semua berduka dan membawa bunga serta menunduk dan bersedih. Para mahasiswa hampir menyerah dalam berusaha menyuarakan aspirasi untuk menegakkan keadilan di negeri ini.

            “Presiden Mahasiswa telah menghilang entah kemana dan Wakil kita pun sudah gugur dalam duka, kita tak tahu lagi siapa yang akan memimpin saat ini, perjuangan kita sia – sia, hanya menyisakan duka dan kesedihan. Keadilan takkan pernah berdiri di negeri ini. Kita sudahi saja perbuatan ini agar tak ada korban yang semakin bertambah.” kata seorang ketua BEM dari salah satu universitas.

            Kemudian atas peristiwa itu, Mahkamah Konstitusi kemudian memanggil Presiden dan perwakilan dari mahasiswa untuk menyampaikan aspirasinya secara langsung di satu meja yang akan disaksikan oleh seluruh rakyat di negeri ini.

            Mendengar berita itu, para mahasiswa dari berbagai universitas berkumpul dalam satu tempat, dihadiri oleh ribuan mahasiswa dan para ketua BEM dari masing – masing universitas.

            “Siapa yang akan maju dalam perwakilan esok hari? Tak ada yang secerdas dan selantang Api dalam hal ini, dan Wakil dari Api pun sudah gugur.” Salah seorang ketua BEM berkata.

            “Aku yang akan maju.” kata seseorang dari kerumunan, kemudian ia maju ketempat para ketua BEM berkumpul.

            “Api?! Darimana saja kamu?! Kami semua mengkhawatirkanmu, terlebih Wakil Presiden Mahasiswa telah gugur.”

            Dengan luka yang dibalut perban disekujur tubuh, Api berkata, “Aku telah diculik dan dianiaya oleh pihak aparat.”

            “Bagaimana caranya kamu bisa selamat?”

            “Aku mencoba melarikan diri dan berhasil, kemudian diselamatkan oleh catur pada saat aku pingsan ditengah jalan.”

            “Siapa itu catur?”

            “Catur adalah seorang mahasiswi kedokteran di salah satu universitas, yang kebetulan sedang melewati jalan yang aku lewati. Beruntung ada dia, atau kalian akan melakukan mengheningkan cipta yang kedua kalinya atas kepergian Presiden Mahasiswa." ucap Api dengan gayanya.

            Pada saat waktu persidangan dengan MK & Presiden tiba, seluruh mahasiswa berkumpul diluar gedung, dan seluruh rakyat menyaksikan.

            “Aspirasi apa yang akan disampaikan oleh mahasiswa?” kata ketua Mahkamah Konstitusi.

            Api menarik nafas dalam – dalam dan berkata dengan lantang, “Presiden saat ini mempunyai kinerja dan hasil kerja yang sangat tidak memuaskan. Beliau ingin mengubah ideologi negara ini menjadi ideologi komunis, semua isi dari kabinetnya merupakan orang dari kalangan tionghoa dan semua menganut paham komunis, kinerja menteri nya perlu dipertanyakan, impor pangan sangat berlebihan, mengambil keuntungan yang dapat merugikan rakyat, inflasi harga pangan meningkat 400% dan dalam sejarah negara ini, Presiden yang sekarang merupakan Presiden terburuk sepanjang sejarah. Kenaikan mata uang kita sangat meningkat drastis hingga sekarang mencapai Rp.23.000,00. Hal itu sangat merugikan masyarakat, baik dari kalangan bawah dan kalangan atas. Rakyat meminta untuk mengganti presiden dengan yang lebih baik dan yang ingin memajukan negara ini dengan sungguh sungguh, tidak hanya mengambil keuntungan sepihak dan memperkaya  diri sendiri dan golongannya saja.”

            “Bagaimana anda bisa membuktikan itu semua?” kata ketua MK.

            “Saya memiliki seluruh data yang saya ucapkan,” sembari memberikan dokumen dokumen ke meja hakim MK.

            Kemudian ketua MK membaca seluruh dokumen tersebut, sidang tersebut berlangsung lama hingga ketua MK harus memutuskan hasil, semua rakyat dari seluruh pelosok negeri tetap setia memperhatikan sidang ini walau dalam waktu yang cukup lama.

            Hingga kemudian ketua MK berbicara lagi, “Baiklah, berdasarkan bukti – bukti yang telah diberikan, dengan ini saya putuskan ... untuk mencabut Pak Presiden dari jabatan dan memilih Presiden baru dengan cara kembali melangsungkan pemilihan umum.”

            “ALHAMDULILLAH! TAKBIR.”

            “ALLAHU AKBAR.” Semua bersorak sorai mendengar keputusan ketua MK, dari seluruh pelosok negeri menyampaikan rasa syukurnya.

            Kemudian dengan terpilihnya Presiden baru, negeri ini kembali bangkit dari krisis moneter, ideologi bangsa tetap yang lama, inflasi harga menurun dan kembali normal, mata uang bangsa kembali menurun menjadi Rp.2000,00 dalam rentang waktu 4 bulan. Penghasilan masyarakat kembali pulih, dan program Presiden yang baru juga membuat negara ini menjadi negara maju hanya dalam rentang waktu 2,5 tahun.

            Api kemudian diangkat menjadi juru bicara Presiden, lalu ia menikahi catur, karena ia jatuh cinta atas ketulusannya pada saat menyelamatkannya waktu itu, kehadirannyalah yang secara tidak langsung sangat berperan besar atas kemajuan bangsa ini. TAMAT


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CERPEN : DREAMS COME TRUE

DREAMS COME TRUE   Keheningan desa ini membuatku bekerja lebih fokus dari pada desa ...