BROKEN
HOME
Semua orang pasti menginginkan kehidupan yang
nyaman, harmonis dan juga mendapat kasih sayang dari orangtua. Namun mengapa
aku tidak pernah bisa memiliki kehidupan itu. Tak pantaskah aku mendapatkan
nya? Sesungguh nya, sebuah kasih sayang dari orang tua tak akan bisa
tergantikan dengan apapun. Aku yakin allah merencanakan semua ini adalah yang
terbaik buatku dan juga keluargaku, semoga dengan aku menceritakan semua nya
bisa membuat perasaan ini jauh lebih baik dan tak aka nada kesedihan lagi di
hari – hari yang akan aku jalani.
Perkenalkan
namaku adalah Tari, aku akan menceritakan pengalamanku yang menyedihkan ini
sama kalian semua. Semoga ini tidak akan pernah terjadi kepada yang membaca
nya. Aamiin
Entah
dari mana aku harus memulai ini semua, seorang ibu yang harus bersabar
menghadapi sebuah cobaan yang tidak bisa aku bayangkan membuatku setiap hari
harus menangisi keadaan ini. Aku benci keadaan ini, aku benci diriku sendiri
yang lemah. Aku membenci ayah yang tak pernah bisa mengerti perasaan ibu
mengapa ayah harus menuruti permintaan nenek yang membuat keadaan ini semakin
rumit. Mengapa nenek setega ini memisahkan ayah dengan ibu. Aku gak habis fikir
semua yang ada di rumah ini harus menjadi orang yang gak punya perasaan sama
sekali. Aku juga mempunyai seorang adik, tapi percuma aku punya seorang kakak
yang hanya membahagiakan diri nya sendiri, menjadi lelaki yang selalu membuat
situasi ini tak akan pernah berakhir dari pertengkaran. Harusnya kakak tau
keluarga kita sedang berantakan tapi masih sempat – sempat nya kakak memikirkan
diri kakak sendiri di banding adik yang selalu disalahkan di hadapan ayah. Aku
benci semua nya. Aku tahu ibu memang wanita yang tak sempurna dia mempunyai kekurangan
gak bisa berjalan seperti wanita normal, tapi apakah mereka harus berpisah
rumah seperti ini dan ayah harus meninggalkan ibu dalam keadaan yang tak
berdaya ini.
Saat
ini aku dan ibu sedang memasak dan saling bersecrita “ ibu maafkan aku jika aku
harus lahir kedunia ini dan membuat keadaan ini tak pernah membaik, aku tau ibu
selalu sedih dan terpukul saat ayah ingin menceraikan ibu, maafkan aku ibu ? “
( menangis dan memeluk ibu )
“
Nak, kamu jangan pernah berbicara seperti itu, kamu adalah anak ibu yang di
anugrahkan dari tuhan untuk melengkapi keluarga ini. Ayah, mungkin bersikap
seperti itu karena dia tidak bisa menerima ibu seperti wanita yang sempurna “.
( mencoba terlihat tegar di hadapan ku )
“
ibu bagiku kau adalah wanita yang sempurna yang pernah ku miliki. Mengapa ayah
jahat sama kita, apakah ayah udah gak sayang lagi sama kita? “ ( sambil terus
menangis )
“
ayah tidak jahat sama kita nak, ayah sayang sama kita “ kata ibu meyakinkanku.
“ lalu mengapa kalo ayah sayang sama kita, ayah harus memilih berpisah rumah.
Aku benci sama ayah “ dengan nada yang keras hingga terdengar ayah saat lewat.
“ apa ! kamu membenci ayah? Berani – berani nya kamu mengatakan itu pada ayah !
“. kata ayah dengan nada kasar dan marah “
“
ayah, kenapa ayah tega melakukan semua ini sama ibu? Apa salah ibu ayah? Sampai
ayah membuat ibu menangis, ibu sangat mencintaimu dan menyayangimu tapi apa
balasanmu ibu. Kau hanya membuat nya sakit hati dan menangis “ ( kata ku dengan
kesal )
“
ayah melakukan semua ini demi kebaikan kita semua, kamu harus tau itu tari. “ (
dengan nada menenangkan )
“
sudahlah tari ibu tidak apa – apa kalau memang itu yang terbaik buat keluarga
kita ibu tak keberatan dan kamu ayah sebaiknya kita memang lebik baik berpisah
agar kamu lebih tenang dengan hidup mu. “ ( sedikit kesal dan terus menangis )
Lalu
akupun berlari masuk kekamar dengan terus menangis tanpa henti dan berkata “
aku benci sama ayah ! “
Hingga
aku tak mampu menahan beban yang aku hadapi ini. Semakin lama semakin tak mampu
untuk aku hadapi bagaimana mungkin aku harus menerima ibu tinggal bersama kakak
dan aku harus tinggal bersama ayah. Aku ingin keluarga kita utuh seperti dulu
lagi menjalani masa – masa yang indah dengan canda tawa yang tak bisa
tergantikan dengan apapun.
Saat
itu aku mendengar ayah bersama ibu bertengkar di ruang tamu dan aku berada di
kamarku.
“
kamu bukan nya sebagai ibu mengajari anak nya dengan sopan santun malah membuat
nya membenci ayah nya sendiri, ibu macam apa kamu ini ! “ ( dengan nada kasar )
“
harus nya kamu sebagai ayah yang bertanggung jawab di keluarga ini lebih
mengutamakan anakmu di banding memilih untuk berpisah. Apa kamu tak kasian
dengan mereka yang setiap hari mendengar kita berantem seperti ini ! “.
Menangis tanpa henti lalu aku pun sudah takuat lagi mendengar mereka bertengkar
setiap hari akan malu dengan teman – temanku mereka selalu bahagia dan selalu
di sayangi, tapi kenapa aku ga memiliki nya?. Semua ini gak adil, aku pergi
keluar dan menghentikan pertengkaran ayah dan ibu.
“
berhenti !! apa kalian ini tak malu dengan anakmu? Yang harus terus melihat
kalian seperti ini. Apa kalian belum cukup membuatku menangis? Harus menahan
rasa kekecewaan ini, mungkin ayah dan ibu bahagia dengan keadaan ini tapi aku
gak sama sekali ayah ibu. Aku ini anak kalian, harus nya kalian memberikan
contoh yang baik kepada anak nya bukan nya seperti ini. Tak mengertikah kalian
dengan perasaan ku. “ ( menangis dan sangat kecewa )
“
lihat itu anak kamu. Tari, terlalu kecil untuk menerima ini semua apakah kau
tega memisahkan aku dengan nya?. “ ( kata ibu dengan tegas )
“
aku memang memisahkan kalian. Aku tidak mau mempunyai seorang istri yang lumpuh
seperti kamu ! tidak bisa merawat anak kita dengan baik karena kamu tak bisa
berjalan. Sebentar lagi aku akan menceraikanmu dan mencari ibu yang mampu
membuat tari bahagia. “ ( kata ayah dengan penuh amarah )
“
diam ! tidak bisakah kalian diam? Semua ini membuatku tersiksa. Ayah, apa ayah
tidak mempunyai perasaan dengan ibu. Sehingga kau mempu untuk melupakan nya dan
memutuskan untuk menikah lagi. Baiklah ayah ceraikan ibu ! lebih baik ayah
menceraikan ibu dari pada ibu menahan sakit hati yang begitu dalam. “ aku benci
ayah !. “ ( menangis dan keluar dari rumah )
“
tari, kamu mau kemana nak? Jangan dengarkan ayahmu dia hanya bercanda,
kembalilah nak ? “ ( berlari mengejarku )
“
aku tak mau punya ayah yang gak punya perasaan. Biarkan aku pergi untuk
sementara waktu untuk menenangkan hati ini ibu. Maafkan aku. “ ( pergi dan
terus menangis sepanjang jalan )
Setelah
kejadian itu, aku menjadi anak yang broken home dan terus menjalani kehidupan
yang sering kali aku tak bisa berfikir positif. Setiap hari aku disekolah
menjadi anak pendiam, nilai pelajaranku turun semua kehidupan ku menjadi
berantakan. Hingga aku memutuskan untuk pergi jauh dari rumah agar aku tak
mendengar pertengkaran yang membuatku tak tahan untuk tinggal dirumahku
sendiri.
Sebenarnya
aku tak ingin melakukan ini semua tapi aku tak tahan dengan semua yang aku
hadapi, aku menjadi korban dalam pertengkaran ibu dan ayah. Ibu maafkan aku
melakukan ini, aku telah menjadi anak yang tidak berbakti kepada orang tua, aku
berjanji dengan kepergianku ini aku akan menjadi anak yang baik dan aku akan
kembali setelah aku bisa membalas semua jasamu. Aku ingin membahagiakan mu dan
memberikan yang terbaik untuk ibu. Semoga ibu disana baik – baik saja. Ayah,
aku tahu ayah malu dengan keadaan ibu yang tidak bisa berbuat apa – apa, tapi
tak seharus nya kau tega menceraikan ibu dan mencari wanita lain yang jauh
lebih sempurna dari ibu. Ayah harus tahu ibu sangat mencintai ayah seperti aku
mencintai ayah. Semoga dengan kepergianku ini kalian bisa memikirkan hidup
kalian masing – masing. Suatu saat nanti aku akan kembali untuk kalian.
-TAMAT-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar