RENTANG CERITA DI TANAH
ANARKI
Di tengah hiruk pikuk belantara kota, seorang anak
berumur 10 tahun duduk termenung dipinggiran sungai yang agak keruh dengan
langit yang dipenuhi burung yang menari berbahagia disiram oleh sinar mentari
senja, termenung dan memikirkan tentang video dokumenter yang disaksikannya
tadi siang.
“Di tanah ini kita hidup, di tanah ini kita melangkah,
anak cucu kita akan merasakan indahnya negeri ini atas dasar keikhlasan
perjuangan kita.” Salah satu bagian dari dalam video yang diingat oleh Api,
anak laki-laki yang termenung sepanjang senja memikirkan hal yang tak
seharusnya difikirkan oleh anak seusia-nya.
“Ibu, aku akan menjadi manusia yang
akan memberantas ketidakadilan di negeri ini bu,” ucap Api dengan intonasi
semangat membara kepada ibunya yang sedang memasak sarapan untuk dirinya.
Ibunya pun menoleh dan memberikan senyuman lembut lalu kembali melanjutkan
aktifitas memasaknya.
“Sarapan datang.” Ibu berkata
sembari tersenyum dan membawa masakan.
“Kamu akan memberantas
ketidakadilan? Mulia sekali keinginan anak ibu ini.” Sembari mengelus kepala.
“Habiskan sarapanmu lalu berangkat
kesekolah, jangan sampai telat ya,” ujar Ibu kepada Api sembari tersenyum.
Ayah dari Api adalah seorang perwira
purnawirawan dengan pangkat yang cukup tinggi dengan pangkat Mayjen yang telah
gugur di medan pertempuran pada konflik di salah satu pemberontakan yang
terjadi di negeri tersebut. Dan Ibu dari Api merupakan seorang guru di salah
satu SMA Negeri di daerah tempat ia tinggal. Api adalah anak yang biasa – biasa
saja dalam hal pelajaran, sama seperti murid yang lainnya, namun pemikiran yang
ia miliki telah jauh melampaui anak – anak lain seusianya.
Pada saat tiba di sekolah salah
seorang guru bertanya kepada seluruh murid. “Apa yang kalian fikirkan tentang
negeri ini?.” Semua hening, tak ada yang berani mengutarakan pemikirannya.
Tiba – tiba Api tunjuk tangan dengan
tenang, memecah keheningan kelas. “Iya silahkan Api maju kedepan, utarakan
semua pemikiranmu tentang negeri ini.” Api berjalan ke arah guru tersebut.
Seluruh teman – temannya pun menatap dengan rasa khawatir takut ia hanya akan
mempermalukan dirinya sendiri sekaligus senang karena tidak disuruh maju ke
depan oleh guru.
“Boleh saya memulainya, Bu?” ungkap
Api.
“Iya silahkan, Nak.” Gurunya
tersenyum lembut.
Dengan suara lantang dan percaya
diri ia berkata, “Bangsa kita adalah bangsa yang besar, bangsa kita adalah
bangsa yang sangat besar, dengan seluruh kekayaan alamnya, bangsa ini
seharusnya menjadi negara maju lebih dari yang lain. Tanah, laut, hutan dan
gunung, dan semua kekayaan yang apabila semua dimanfaatkan untuk seluruh
masyakat bangsa ini, dapat dipastikan bahwa bangsa ini akan menjadi negara
sejahtera nan makmur. Namun, kenyataan pahit harus ditelan bangsa ini,
sejahtera nan makmur yang kami dan kalian idamkan harus pupus dan runtuh.
Bangsa ini menjadi bangsa yang miskin dengan seluruh kekayaannya. Karena apa?
Karena kebodohan dan keterbelakangan akan pendidikan dan pengetahuan yang
menyebabkan bangsa ini tidak dapat berkembang pesat. Maka dari itu, kita
sebagai generasi muda mulailah belajar dengan sungguh dan tekun, bangsa ini harus
dirubah, negeri ini milik kita, kita lah penguasa dinegeri kita sendiri, bangsa
kita bangsa yang merdeka, jangan biarkan bangsa ini tunduk secara tidak
langsung kepada bangsa lain. Kita adalah generasi penerus bangsa, masa depan
bangsa ditentukan oleh kita, mari kita bangun negeri ini, mari kita cintai
negeri ini sebaik mungkin, jangan lupakan jasa para pahlawan yang membela
bangsa ini hanya agar kita sebagai anak cucu dapat menghirup udara dengan
merdeka. Bangkit teman – temanku, bangkitkan negara kita.”
Api berkata panjang lebar didepan teman – temannya
yang masih seumur dengannya, semua menatap tidak percaya, bahkan guru yang
mengajarnya pun menatap termenung dan menitik-kan air mata bangga, bagaimana
bisa anak berumur sepuluh tahun berbicara lantang dan lugas layaknya presiden
berpidato, hal itu memenuhi fikiran guru tersebut.
Dengan lembut sembari mengusap air
mata Bu Guru berkata, “Darimana kamu belajar akan hal itu? Dan sejak kapan kamu
mengerti akan hal seperti itu? Hal itu tidak seharusnya difikirkan oleh anak
seusiamu.”
“Ayah saya seorang perwira tinggi,
ibu saya seorang guru sama seperti ibu, ketika beliau ayah saya masih hidup,
saya selalu ditanamkan rasa cinta terhadap negeri ini, negeri yang kita pijak
ini, dan ibu saya selalu memberi pelajaran kepada saya tentang banyak hal,
sehingga pemikiran saya melangkah lebih jauh dari anak – anak lain, walau saya
biasa –biasa saja dalam hal pelajaran.” balas Api.
“Ibu bangga denganmu, Nak.” Sembari
mengusap kepalanya.
Beberapa tahun berlalu, tiba saatnya
ia masuk universitas, dengan bekal dan kemampuannya saat di masa sekolah dulu,
Api berhasil lulus dan terdaftar di universitas ternama di negeri tersebut.
Beberapa bulan belajar di universitas, Api mendaftar
sebagai anggota BEM atau Badan Eksekutif Mahasiswa di universitas tersebut.
Sejak sekolah menengah pertama dan atas Api selalu mengikuti organisasi sekolah
seperti OSIS, dan dengan pemikiran yang membangun serta jiwa kepemimpinannya
yang tinggi ia selalu terpilih sebagai
ketua organisasi. Contoh salah satu programnya yang berhasil di masa
sekolah dulu adalah menciptakan Bank Sampah, dengan adanya Bank Sampah
tersebut, ia merekrut para siswa yang pandai membuat kerajinan menjadi anak
buahnya sehingga sampah yang ada dimanfaatkan dan didaur ulang serta dijual
kembali, pemasukkan uangnya diberikan kepada yayasan kaum dhu’afa dan fakir
miskin. Program itu berhasil dan terus dilanjutkan oleh ketua OSIS angkatan
selanjutnya.
Beberapa waktu setelah ia terdaftar sebagai anggota
BEM, Api terpilih sebagai Presiden Mahasiswa, karena prestasinya di organisasi
sangat melesat tinggi, sebagai Presiden Mahasiswa, ia memimpin seluruh
mahasiswa di negeri ini.
Api diminta untuk memberikan pidato atas terpilihnya
sebagai Presiden Mahasiswa. Dengan lantang dan keras, ia berpidato sama seperti
dulu dan mengutarakan seluruh fikirannya tanpa teks satu lembar pun, ucapan
terima kasih dan visi misinya sebagai pemimpin pun ia sampaikan tanpa keraguan.
Pendengar berdecak kagum dan termotivasi dengan pidato yang disampaikannya,
seluruh mahasiswa menyaksikan pidato nya.
Api menjalankan tugasnya dengan sempurna,
penghargaan dan sertifikasi didapatinya selama menjalankan programnya sebagai
pemimpin. Salah satu programnya yang sukses adalah mendirikan HOI atau Humanity
Organisation International, yaitu organisasi kemanusiaan internasional dengan
dirinya sebagai pendiri utama bersama rekan rekan kuliahnya.
Api berhasil mengirimkan pasokan makanan sebesar dua
ribu ton keseluruh negara yang krisis bahan pangan, seperti palestina, suriah,
mongolia, zimbabwe dan yang lainnya.
Setelah bergantinya pemerintahan
negeri tersebut satu tahun yang lalu, Presidennya tidak dapat menjalankan
tugasnya dengan baik dan ternyata setelah diselidiki lebih lanjut Presiden
menganut paham komunisme, seluruh menteri yang diangkatnya berdasarkan dari
golongan tionghoa yang ber-asas komunisme.
Kekacauan
kembali terjadi di negeri ini, inflasi harga pangan yang meningkat 400% dan
dollar US yang sudah mencapai angka Rp.21.000 membuat bangsa tersebut terkena
krisis moneter, namun seluruh media telah dibungkam oleh pemerintahan, hanya
menampilkan sisi baik dari pemerintahan tersebut, para pemuka agama yang
menolak paham komunisme telah di persekusi dan dikriminalisasi. Semua media
tidak ada yang menampilkan berita tentang itu. Impor pangan dan tenaga kerja
asing melonjak, pengangguran bertambah diseluruh negeri.
Para rakyat yang memiliki finansial
lebih tetap bertahan dalam kondisi itu, namun rakyat yang dibawah standar
kemiskinan tersiksa dan tidak bisa berbuat apa – apa. Presiden seakan masa
bodoh dengan hal tersebut, entah apa yang ada difikirannya, ia hanya memperkaya
dirinya sendiri dan golongannya.
“Kumpulkan seluruh pimpinan BEM dari
seluruh pelosok negeri, saya sebagai Presiden Mahasiswa akan menggelar
konferensi terhadap seluruh mahasiswa dinegeri ini, cepat.” Api berkata kepada
bawahannya.
Setelah pimpinan BEM dari berbagai
universitas telah berkumpul melalui video call, dan ada beberapa yang hadir
langsung ditempat, Api kemudian berpidato.
“Kinerja pemerintahan yang sekarang
telah rusak! Kita tidak bisa hanya mendiamkan begitu saja, ketidakadilan dinegeri
ini harus diberantas, rakyat harus disejahterakan, banyak rakyat dari
kalangan bawah harus menanggung beban
karena keteledoran pemerintah, kita sebagai kaum terpelajar harus bertindak
tegas, sejarah negeri ini telah membuktikan bahwa mahasiswa berperan tinggi,
kita sebagai mahasiswa yang menjembatani antara rakyat dengan pemerintahan,
kita tidak bisa dibodohi dan ditunggangi oleh elit politik manapun, tegakkan
keadilan dinegeri ini, presiden harus diganti! Mari kawanku, kita turun ke
jalan esok hari, seluruh mahasiswa wajib turun! Tak ada satu pun yang tak ikut,
demi sejahteranya negeri ini, Takbir!”
“Allahu Akbar!” Serempak orang yang
mendengar menjawab.
Konferensi dibubarkan, kabar tersebut
disampaikan oleh para ketua BEM diseluruh universitas kepada seluruh mahasiswa,
seluruh mahasiswa setuju dan mengikuti arahan. Dan kabar tersebut juga sampai
ke pemerintahan, dan sebelum tiba hari esok, pemerintahan sudah menyiapkan
ribuan pihak kepolisian untuk mengamankan dirinya.
Presiden tau bahwa dirinya akan
diturunkan, ia bersembunyi di dalam istana dengan pasukan pengawal lebih dari
empat ribu orang dengan persenjataan lengkap.
Ketika tiba hari yang dinanti, para
mahasiswa turun kejalan melakukan orasi untuk menurukan Presiden dari
jabatannya karena sudah tidak layak, Api berada digarda depan sebagai orator,
“Wahai bapak Presiden, dengarlah
aspirasi kami, kalian sudah tidak pantas memimpin negeri ini, turun dari
jabatan kalian, rakyat sudah tidak tahan dengan kepemimpinan kalian, kami
rakyat hidup dengan tak pantas, kalian para penguasa hidup dengan damai tanpa
memikirkan nasib kami, turunkan presiden dari jabatannya!” Api ber – orasi
dengan semangat dan jiwa yang membara.
“Turunkan presiden!”
“Turunkan presiden!”
Seluruh mahasiswa di pelosok negeri
melakukan orasi didepan pemerintahan, dan Api melakukan orasi di depan Istana
Negara dan terus hingga ke Gedung Mahkamah Konstitusi.
Semua berjalan damai, namun
karena ketakutan pemerintahan terhadap mahasiswa, pemerintah tidak mau
membukakan pintu untuk para mahasiswa dengan Api sebagai perwakilan untuk
berdiplomasi dengan pemerintahan.
Mahasiswa tidak melakukan provokasi
apapun, semua berjalan sesuai aturan yang ada, hingga pihak pengamanan
melakukan provokasi terhadap mahasiswa. Peristiwa kelam kembali terulang di
negeri ini, seperti 1998 dulu, pecahnya bentrokan antara mahasiswa dengan
kepolisian tak dapat dihindarkan.
Api yang saat itu tengah meneriakan
aspirasinya, diseret turun dan dipukuli hingga kondisinya parah oleh pihak
kepolisian kemudian diculik, para mahasiswa yang lainnya dikejar dan dipukuli
oleh para aparat oleh pentungan, mahasiswa tidak tinggal diam, memberi
perlawanan dengan melempari batu dan dengan bambu yang seadanya.
Para mahasiswa dibawah kepemimpinan
Api, melihat Presiden Mahasiswa menghilang, membuat mahasiswa semakin murka dan
melakukan serangan serangan lebih brutal kepihak aparat, para aparat wanita
bertarung dan memukuli mahasiswi, pihak mahasiswa berjatuhan korban hingga
puluhan, aparat hanya terkena luka – luka ringan. Mahasiswa yang saat itu
didepan Mahkamah Konstitusi menarik mundur seluruhnya, agar korban yang
berjatuhan tidak semakin bertambah. Tim palang merah menyelamatkan para korban
yang berjatuhan atas tindakan aparat.
Tak ada yang meninggal, hanya luka
ringan dan luka berat. Namun Api tidak ada disitu, ia diculik ke suatu tempat
oleh pihak aparat. Topan adalah Wakil Presiden Mahasiswa langsung mengambil
alih pimpinan, dan konferensi dadakan.
“Presiden Mahasiswa telah diculik,
pimpinan kita telah diculik, ini tidak bisa dibiarkan, kita datang dengan
damai, kita datang untuk menyampaikan aspirasi, namun kita dihakimi layaknya
maling yang ketahuan saat bersembunyi, kita tidak bisa tinggal diam! Apabila
dalam diplomasi gagal, maka kita harus berbuat hal yang sama kepada aparat
seperti aparat memperlakukan kita.” Pidato Wakil Presiden Mahasiswa didepan
seluruh mahasiswa, semua mempersiapkan persenjataan yang serupa dengan aparat,
dan mempersiapkan diri untuk hari esoknya.
Tiba hari esok, para mahasiswa
kembali ber – orasi yang awalnya dengan damai, namun pihak aparat tidak lagi
mendiamkan, aparat langsung membubarkan para mahasiswa dengan kekerasan,
mahasiswa yang sudah mempersiapkan diri tak tinggal diam, bentrokan yang kedua
kembali pecah lebih parah dari sebelumnya.
“Dor ... Dor ... Dor ....” Aparat
membrondongi mahasiswa dengan timah panas, korban berjatuhan lebih banyak dari
yang kemarin, aparat pun banyak yang terkena luka berat.
Presiden bersama para petinggi
negara berkumpul, dan menyarankan bahwa presiden harus segera mengundurkan diri
dari jabatan.
Mahasiswa berlarian huru hara
mendengar suara senjata api, tak ada yang bisa menahan apabila pihak aparat
sudah menggunakan senjata api. Wakil Presiden Mahasiswa, Topan, tertembak tepat
di dada oleh aparat karena ia berada di garda terdepan, dan 4 orang mahasiswa
meninggal terkena tembakan dan kehabisan darah. Mahasiswa kembali menarik
mundur dan melarikan diri dari lokasi karena takut ikut tertembak oleh senjata
api, dan berkumpul bersama menuju rumah sakit terdekat.
Pada saat itu, Api dengan luka
disekujur tubuhnya, sedang berusaha melarikan diri dari penculikan yang tak
jauh dari lokasi bentrokan, ia berhasil kabur dan menyelamatkan diri, belum
sampai di kerumunan mahasiswa yang berkumpul, ia sudah jatuh terkapar dan
hilang kesadaran.
Beberapa hari kemudian para
mahasiswa berkumpul dan berduka atas gugurnya para pahlawan muda yang tertembak
pada bentrokan beberapa hari lalu. Semua berduka dan membawa bunga serta
menunduk dan bersedih. Para mahasiswa hampir menyerah dalam berusaha
menyuarakan aspirasi untuk menegakkan keadilan di negeri ini.
“Presiden Mahasiswa telah menghilang
entah kemana dan Wakil kita pun sudah gugur dalam duka, kita tak tahu lagi
siapa yang akan memimpin saat ini, perjuangan kita sia – sia, hanya menyisakan
duka dan kesedihan. Keadilan takkan pernah berdiri di negeri ini. Kita sudahi
saja perbuatan ini agar tak ada korban yang semakin bertambah.” kata seorang
ketua BEM dari salah satu universitas.
Kemudian atas peristiwa itu, Mahkamah
Konstitusi kemudian memanggil Presiden dan perwakilan dari mahasiswa untuk
menyampaikan aspirasinya secara langsung di satu meja yang akan disaksikan oleh
seluruh rakyat di negeri ini.
Mendengar berita itu, para mahasiswa
dari berbagai universitas berkumpul dalam satu tempat, dihadiri oleh ribuan
mahasiswa dan para ketua BEM dari masing – masing universitas.
“Siapa yang akan maju dalam
perwakilan esok hari? Tak ada yang secerdas dan selantang Api dalam hal ini,
dan Wakil dari Api pun sudah gugur.” Salah seorang ketua BEM berkata.
“Aku yang akan maju.” kata seseorang
dari kerumunan, kemudian ia maju ketempat para ketua BEM berkumpul.
“Api?! Darimana saja kamu?! Kami
semua mengkhawatirkanmu, terlebih Wakil Presiden Mahasiswa telah gugur.”
Dengan luka yang dibalut perban
disekujur tubuh, Api berkata, “Aku telah diculik dan dianiaya oleh pihak
aparat.”
“Bagaimana caranya kamu bisa
selamat?”
“Aku mencoba melarikan diri dan
berhasil, kemudian diselamatkan oleh catur pada saat aku pingsan ditengah
jalan.”
“Siapa itu catur?”
“Catur adalah seorang mahasiswi
kedokteran di salah satu universitas, yang kebetulan sedang melewati jalan yang
aku lewati. Beruntung ada dia, atau kalian akan melakukan mengheningkan cipta
yang kedua kalinya atas kepergian Presiden Mahasiswa." ucap Api dengan
gayanya.
Pada saat waktu persidangan dengan
MK & Presiden tiba, seluruh mahasiswa berkumpul diluar gedung, dan seluruh
rakyat menyaksikan.
“Aspirasi apa yang akan disampaikan
oleh mahasiswa?” kata ketua Mahkamah Konstitusi.
Api menarik nafas dalam – dalam dan
berkata dengan lantang, “Presiden saat ini mempunyai kinerja dan hasil kerja
yang sangat tidak memuaskan. Beliau ingin mengubah ideologi negara ini menjadi
ideologi komunis, semua isi dari kabinetnya merupakan orang dari kalangan
tionghoa dan semua menganut paham komunis, kinerja menteri nya perlu
dipertanyakan, impor pangan sangat berlebihan, mengambil keuntungan yang dapat
merugikan rakyat, inflasi harga pangan meningkat 400% dan dalam sejarah negara
ini, Presiden yang sekarang merupakan Presiden terburuk sepanjang sejarah.
Kenaikan mata uang kita sangat meningkat drastis hingga sekarang mencapai
Rp.23.000,00. Hal itu sangat merugikan masyarakat, baik dari kalangan bawah dan
kalangan atas. Rakyat meminta untuk mengganti presiden dengan yang lebih baik
dan yang ingin memajukan negara ini dengan sungguh sungguh, tidak hanya
mengambil keuntungan sepihak dan memperkaya
diri sendiri dan golongannya saja.”
“Bagaimana anda bisa membuktikan itu
semua?” kata ketua MK.
“Saya memiliki seluruh data yang
saya ucapkan,” sembari memberikan dokumen dokumen ke meja hakim MK.
Kemudian ketua MK membaca seluruh
dokumen tersebut, sidang tersebut berlangsung lama hingga ketua MK harus
memutuskan hasil, semua rakyat dari seluruh pelosok negeri tetap setia
memperhatikan sidang ini walau dalam waktu yang cukup lama.
Hingga kemudian ketua MK berbicara
lagi, “Baiklah, berdasarkan bukti – bukti yang telah diberikan, dengan ini saya
putuskan ... untuk mencabut Pak Presiden dari jabatan dan memilih Presiden baru
dengan cara kembali melangsungkan pemilihan umum.”
“ALHAMDULILLAH! TAKBIR.”
“ALLAHU AKBAR.” Semua bersorak sorai
mendengar keputusan ketua MK, dari seluruh pelosok negeri menyampaikan rasa
syukurnya.
Kemudian dengan terpilihnya Presiden
baru, negeri ini kembali bangkit dari krisis moneter, ideologi bangsa tetap
yang lama, inflasi harga menurun dan kembali normal, mata uang bangsa kembali
menurun menjadi Rp.2000,00 dalam rentang waktu 4 bulan. Penghasilan masyarakat
kembali pulih, dan program Presiden yang baru juga membuat negara ini menjadi
negara maju hanya dalam rentang waktu 2,5 tahun.
Api kemudian diangkat menjadi juru
bicara Presiden, lalu ia menikahi catur, karena ia jatuh cinta atas
ketulusannya pada saat menyelamatkannya waktu itu, kehadirannyalah yang secara
tidak langsung sangat berperan besar atas kemajuan bangsa ini. TAMAT